HOME   CATAGORI  

Tuesday, April 01, 2008

A NEW APPROACH to ALLERGY

Kata Alergi belakangan sudah menjadi kata-kata milik awam, bukan lagi sebuah kata yang hanya dikenal di dunia kedokteran. Ini disebabkan karena penyakit alergi sekarang sudah menjadi masalah dunia. Alergi sendiri adalah kegagalan fungsi imunitas/kekebalan tubuh di mana seseorang mengalami sensitifitas berlebihan terhadap satu bahan/ zat tertentu.

WHO (World Health Organization) dan WAO (World Allergy Organization) berupaya mengatasi masalah alergi yang prevalensinya mencapai 40% di beberapa negara maju. Penelitian di berbagai tempat di Indonesia sendiri menunjukkan prevalensi yang tidak rendah, bahkan menunjukkan peningkatan di beberapa daerah dengan tingkat polusi, stress, gaya hidup yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Gejala asma di Pulau Jawa dan Bali berkisar 4,3-7,5%, gejala rhinitis (pilek berkepanjangan) 15-22%, serta dermatitis atopic (eczema) 3-4%.

Dunia kedokteran selama ini telah melakukan berbagai macam pendekatan terapi, seperti edukasi untuk menghindarkan pasien dari penyebab timbulnya alergi tersebut, pemberian obat-obatan seperti antihistamin, dekongestan, kortikosteroid. Dan pendekatan terbaru yang dilakukan di pengobatan alergi adalah Imunoterapi, yaitu dengan memasukan allergen ke dalam tubuh pasien dengan harapan tubuh pasien membentuk pertahanan tubuh terhadapa allergen tersebut. Tetapi sampai saat ini belum ditemukan obat yang mengatasi masalah sampai ke akar masalahnya, tetapi hanya berdasarkan gejala yang timbul.
Salah satu pendekatan lain yang dilakukan adalah penanganan dengan metode Biofisika. Dalam ilmu biofisika, setiap substansi terdiri dari energy dan menghasilkan energy. Termasuk juga tubuh manusia. Energi yang dikeluarkan adalah dalam bentuk gelombang dan mempunyai panjang gelombang yang berbeda dan spesifik. Tubuh manusia mempunyai gelombang yang spesifik dan mempunyai 1 spektrum gelombang individual yang normal dan dapat dideteksi. Adanya benda asing dalam tubuh yang juga mengeluarkan gelombang lain yang juga spesifik akan mengganggu pola normal tubuh sehingga menimbulkan gangguan pada sel tubuh untuk berfungsi secara normal.
Terapi ini mampu mengeliminasi gelombang abnormal dari benda asing/allergen dan mengalirkan gelombang normal tubuh sehingga akhirnya menghilangkan sensitivitas yang berlebihan terhadap allergen tesebut.

Metode ini berangkat dari teori fisika quantum yang ditemukan oleh Einstein (dari pengembangan rumus E=MC2), dan kemudian dikembangkan di Jerman oleh seorang dokter Jerman bernama Franz Morrel pada tahun 1977. Hans Brugemann dari Regumed Institute (Regumed=Regulatory Medicine) kemudian mempopulerkan konsep terapi ini dengan nama terapi Bioresonansi dengan menggunakan alat bernama Bicom, di pertengahan tahun 1980an.
Metode ini sudah digunakan di lebih dari 54 negara termasuk Indonesia. Banyak uji klinis yang telah dilakukan untuk membuktikan efektifitas dari terapi ini. Dan hasil uji klinis menunjukkan keberhasilan terapi metode bioresonansi dengan Bicom ini mencapai 85%

Terapi Bicom bioresonansi masuk ke Indonesia sekitar tahun 1996, dibawa oleh pioneer terapi Bicom di Indonesia yaitu DR.Dr.Aris Wibudi, SpPD. Terapi ini mempunyai kelebihan:
- Efektif mengatasi akar masalah
- Non invasive/ tanpa suntik
- Tanpa rasa sakit
- Aman tanpa efek samping
- Untuk semua usia

Penelitian lain membuktikan selain untuk alergi (asma, berbagai alergi makanan, neurodermatitis) , terapi metode ini juga dapat membantu mengatasi beberapa masalah seperti: nyeri, migraine, terapi stop rokok,bahkan rematik dan lainnya

Untuk mengatasi masalah anda, hubungi kami:
BIO E Indonesia
(021) 7253826
website: www.bio-e.net. id

No comments:

Custom Search