HOME   CATAGORI  

Friday, March 14, 2008

Salruran Cerna Terawat, Pasti Sehat

Ketika kita bicara tentang sistem pencernaan, mesti mulai dari otak, Coba kita ingat-ingat, sebelum makanan masuk ke mulut, kita sudah memikirkannya, merencanakan mau makan apa, membaui aromanya, atau membayangkan kelezatannya, Hmmmm! Seolah-olah makanan sedang meleleh di lidah kita.

Nah, saat kita memikirkan makanan, otak akan mengirim tanda ke saraf-saraf yang mengontrol saluran pencernaan. Lalu sistem pencernaan akan siaga, mulut mulai berair, perut siap-siap berkontraksi, pankreas siap mengeluarkan enzim untuk mencerna makanan.

Tahukah Anda, mulut mengeluarkan lebih dari 1,7 liter saliva per hari? Salah satunya untuk keperluan mencerna makanan. Di mulut, gigi bekerja bersama lidah dan ludah dalam memotong dan mencampur makanan, sehingga mudah digelontor.

Gigitan dan kunyahan membuat area permukaan makanan meningkat, sehingga enzim-enzim spesial yang ditemukan pada ludah dapat mengubah makanan menjadi gula. Baru kemudian makanan digiring menuju esofagus. Agar tidak masuk tenggorokan, klep kecil yang disebut epiglotis menutup area ini.

Lewat prows kontraksi otot dan rileksasi (peristaltis) , makanan turun ke usus dan diolah menjadi lebih lembut. Di usus inilah makanan diserap tubuh. Beberapa rute ditempuh mulai dari usus dua betas jari, pankreas (enzim yang sifatnya alkalin/basa dan berfungsi menetralkan asam perut), lalu sekitar 80 persen makanan diserap di usus kecil yang akhirnya memasuki pembuluh darah dan mengalir ke seluruh tubuh.

Perjalanan makanan bakal lancar bila di sepanjang jalur pencemaan tidak ada hambatan yang umumnya berupa penyakit. Luka kecil saja di mulut misalnya, atau ngilu di gigi, bisa membuat orang merasa tidak nyaman mengunyah, sehingga makanan tidak tercerna dengan baik. Apalagi jika di bagian lain saluran pencernaan kita terserang gangguan yang lebih berat. Bisa-bisa makanan tidak tercerna secara optimal, akibatnya zat gizi pun tidak bisa optimal terserap tubuh.

Selanjutnya kondisi tubuh akan memburuk dan bisa berujung kefatalan. Begitu banyak gangguan bisa terjadi di sepanjang saluran pencernaan kita, sebut saja diare, konstipasi (sembelit), maag, tifus, batu empedu, hingga kanker kolon.

Diare Bisa Mematikan

Diare menurut Dr. Handrawan Nadesul, ada banyak jenisnya. Diare infeksi disebabkan oleh virus dan parasit. Biasanya disertai mulas, demam, nyeri kepala, pegal linu, dan tinja berbau busuk. Penderita bisa lima kali sehari buang air besar (BAB).

Jika disentri, disertai rasa pedih di dubur. "Tinjanya bercampur lendir dan darah," ujarnya. Yang lebih parah, yaitu diare kolera, karena BAB bisa puluhan kali sehari. Akibatnya penderita bisa kekurangan cairan dan mengalami syok. Dan jika dari tubuh itu tidak diganti, akan sangat membahayakan jiwa pasien.

Ada pula diare akibat stres dan gangguan fungsi pencernaan. Jika karena gangguan fungsi saluran pencernaan, diare bisa mereda sendiri, tetapi upaya mengganti cairan dan mineral tetap penting dilakukan.

Kita Mampatkan Diare:
- Konsumsi banyak cairan (jus buah atau sup).

- Minum obat diare.

- Minum larutan rehidrasi oral.

- Konsumsi minuman atau makanan probiotik.

- Tetap konsumsi makanan padat (nasi, pisang, apel, dll).

- Hindari makanan berlemak, pedas, kafein, susu, keju, gorengan.

Sembelit

Banyak orang kerap mengalami gangguan susah buang air besar (BAB), tetapi tidak menganggapnya sebagai masalah serius. Padahal, keadaan ini jelas tidak normal. Para ahli menganjurkan agar kita sebaiknya BAB setiap pagi.

Sisa makanan yang dibiarkan bermukim lebih dari delapan jam di usus akan meracuni organ pencernaan. Dan selanjutnya, banyak penyakit bisa muncul sebagai akibat dari sembelit yang dibiarkan berkepanjangan, misalnya wasir, infeksi saluran kemih, dan kanker kolon.

Sembelit bisa berupa BAB tidak teratur (tidak setiap pagi), bisa juga sulit saat BAB alias feses susah dikeluarkan sampai-sampai penderita harus mengejan kuat. Menambah asupan serat makanan menurut Dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, untuk mengatasi sembelit, harus dibarengi perilaku sehat lainnya, antara lain:
- Memperbanyak minum air putih (lebih dari 2 liter per hari)

- Berolahraga secara teratur dan terukur.

- Mengatur kebiasaan BAB.

- Tidak membiasakan did mengejan saat BAB.

- Menghindari penggunaan obat-obatan yang memicu sembelit.

Penyebab Konstipasi:
- Penggunaan obat-obatan pereda nyeri, antidepresan, suplemen zat besi, dll.

- Kebiasaan buang air besar tidak teratur.

- Diet rendah serat.

- Sering menggunakan pencahar, sehingga merusak saraf dan otot di sekitar kolon.

- Kekurangan hormon troid.

- Penyakit skleroderma, Chagas, Hirschsprung, multiple sclerosis,





Sumber: Senior

No comments:

Custom Search