Hasan Al-Bashri pernah ditanya, “Apa rahasia kebahagian anda?”
Jawab Hasan, Saya tahu bahwa rezeki saya tidak akan diambil orang. Karena itu, hatiku tetap tenang. Saya juga tahu bahwa Allah senantiasa mengawasi segala tindakanku. Karenaa itu, saya pun malu berjumpa dengan-Nya dengan gelimang dosa. Dan, saya pun tahu bahwa kematian menantiku. Karena itu, saya pun mempersiapkan diri dengan bekal kebaikan.
Imam Al-Qusyairi, dalam kitab ‘Risalahnya’-nya berkata, “siapa yang mengenal Allah, hidupnya akan bersih lagi suci, kehidupannya akan indah. Selain Allah baginya tiada berarti, tiada rasa takut dalam dirinya, sehingga Allah senantiasa berlaku lembut atas dirinya.
Dalam buku berjudul “Lamahat min wasail al-Tarbiyyat al-Islamiyyat wa Ghayatuha”.1, William james berkata,”Iman kepada Allah membuat kehidupan jadi bermakna. Melalui imanlah diperoleh arti dan makna kehidupan yang penuh kenikmatan dan kebahagian,”
Beberapa ungkapan di atas menjadi pernyataan kesaksian hidup bagi para pemiliknya. Mereka adalah golongan orang berakal, yang kalau penguasa – penguasa thagut dan tirani mengetahui kebahagian hidup golongan ini, niscaya mereka akan dibunuhnya dengan pedang penguasa itu.
Para ahli hikmah adalah orang – orang yang tentram hatinya karena selalu dalam keadaan berzikir kepada Allah, terhindar dari apa yang diharamkan Allah, tidak pernah ingin mendekati keburukan dan tiada pernah bersujud selain kepada Allah Swt.
Mereka adalah golongan yang memahami dengan seyakin – yakinnya (ilm al-yaqin) bahwa diri mereka tidak diciptakan denagn sia- sia. Sesuai dengan firman Allah Swt.
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesunggunya kami menciptakan kamu secara main – main (saja), bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?” (QS Al-Mu’minun [23]:115)
Sebagaaimana juga di firmankan Allah,
“Sesungguhnya orang - orang yang mengatakan “tuhan kami ialah Allah.” Kemudian Mereka meneguhkan pendirian mereka, maka mailaikat akan turun kepada mereka yang mengatakan, janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung – pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula di dalamnya apa yang kamu minta, sebagaimana hidangan (bagimu) dari tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Fuhshilat [41]: 30-32)
1. Muhammad Amin Al-Mishry, Darul Fikr. Hlm. 13
Monday, August 04, 2008
Pesan - Pesan Abadi Dalam Sejarah
Wednesday, April 16, 2008
Riwayat Singkat "RADEN AJENG KARTINI"
Raden Ajeng Kartini dilahirkan di jepang pada tanggal 21 April 1879, jadi bertepatan 127 tahun yang lalu. Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu itu, yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati Demak, yaitu Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng Kartini, nasib kaum wanita penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan dalam segala perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum laki-laki belaka, dan bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus dan mengatur rumah tangga saja, kaum wanita telah dirampas dan diinjak-injak harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Daya berpikir kaum wanita tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya, kaum wanita tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya untuk melebihi dari apa yang diterimanya dari alam. Karena kaum wanita tidak berdiri kesempatan untuk belajar membaca, menulis dan sebagainya. Dengan kata lain kaum wanita hanya mempunyai kewajiban tetapi tidak mempunyai hak sama sekali.
Raden Ajeng Kartini yang telah meningkat dewasa pada waktu itu, tidak dapat melihat kenyataan ini meskipun beliau dilahirkan didalam lingkungan ditengah-tengah kebangsawanan atau keningratan yang pada waktu itu mempunyai taraf kehidupan sosial yang sangat berbeda dengan masyarakat banyak yang hidup didalam lingkungan kehidupan adat yang sangat mengekang kebebasan tetapi beliau tidak segan-segan turun kebawah bergaul dengan masyarakat biasa, untuk mengembangkan ide dan cita-citanya yang hendak merombak status sosial kaum wanita, dan cara-cara kehidupan dalam masyarakat dengan semboyan : "Kita harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan kita yang sesuai dengan keperluan serta kebutuhan kita sebagai kaum wanita dan harus mendapat pendidikan yang cukup seperti halnya kaum laki-laki".
Dengan melanggar segala aturan-aturan adat pada saat itu, Raden Ajeng Kartini mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya yang setara dengan pendidikan kaum penjajah belanda pada waktu itu, beliau sempat mempelajari kegiatan-kegiatan kewanitaan lainnya.
Dengan pengetahuan serta pengalaman yang didapatnya, Raden Ajeng Kartini secara berangsur-angsur dan setahap demi setahap tapi pasti berusaha menambah kehidupan yang layak bagi seorang kaum wanita.
Perkawinan Raden Ajeng Kartini pada tahun 1903 dengan Raden Adipati Joyoningrat Bupati Rembang mengharuskan beliau mengikuti suami, dan di daerah inilah beliau dengan gigih meningkatkan kegiatannya dalam dunia pendidikan. Peranan Suami, dalam usaha Raden Ajeng Kartini Meningkatkan perjuangan sangat menentukan pula karena dengan dorongan dan bantuan suaminyalah beliau dapat mendirikan sekolah kepandaian putri dan disanalah beliau mengajarkan tentang kegiatan wanita, seperti belajar jahit menjahit serta kepandaian putri lainnya.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita ketinggalan.
Inilah perjuangan Raden Ajeng Kartini yang telah berhasil menampakkan kaum wanita ditempat yang layak, yang mengangkat derajat wanita dari tempat gelap ketempat yang terang benderang. sesuai dengan karya tulis beliau yang terkenal, yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Raden Ajeng Kartini meninggal dunia dalam usia 25 tahun, beliau pergi meninggalkan Bangsa Indonesia dalam usia yang relatif muda, yang masih penuh dengan cita-cita perjuangan dan daya kreasi yang melimpah.
Tetapi perjuangan serta cita-cita beliau tetap berkumandang dan berkembang, terbukti dalam masa pembangunan sekarang ini tidak sedikit kaum wanita yang memegang peranan penting, baik dalam pemerintahan dalam bidang swasta sesuai dengan profesi masing-masing.
Demikianlah pengungkapan kembali sejarah perjuangan Raden Ajeng Kartini, semoga peringatan kali ini membawa manfaat dan membulatkan tekad kita bersama dalam membangun masyarakat, bangsa dan negara yang sangat kita cintai ini, dan kita dapat memetik buahnya serta butir-butir perjuangan beliau demi kelanjutan perjuangan bangsa indonesia umumnya dan perjuangan wanita khususnya.
Sumber : pkk.pemkab-tanjungjabungbarat.go.id
Menangkap Pesan peringatan 21 April
Dulu, di era 1990-an, kita sering mendengar ceramah K.H. Zainuddin MZ tentang emansipasi wanita. Dalam ceramah tersebut, beliau seringkali menyampaikan bahwa wanita di dalam Islam sesungguhnya tidak hanya berfungsi sebagai 3UR (Dapur, Sumur dan Kasur).
Dapur maksudnya, adalah seorang perempuan yang hanya bekerja di dapur –memasak— untuk keluarganya. Kemudian sumur diartikan sebagai tugas wanita adalah mencuci, dan kasur maksudnya menidurkan anak dan juga kebutuhan biologis suami.
Namun, rupanya konsep 3UR tersebut, jika dikorelasikan dengan tanggal 21 April, maka akan mengingatkan kita akan jasa-jasa seorang wanita yang bernama R.A. Kartini. Beliau adalah seorang putri yang kelak akan memperjuangkan wanita Indonesia, yang kemudian mampu mengubah emage masyarakat, bahwa wanita saat ini bukan saja manusia yang berkutat seputar dapur, sumur dan kasur saja, atau dalam bahasa ilmiahnya telah muncul ‘kesetaraan gender’. Walaupun sebenarnya konsep ini telah diwacanakan oleh Nabi Muhammad SAW sejak abad ke-7 yang lalu.
R.A Kartini yang dilahirkan 21 April 1879 di Moyang (Jepara) adalah seorang anak dari seorang Bupati Jepara (R.A.A Sosroningrat) yang cukup memperhatikan pendidikan anak-anaknya saat itu, khususnya pendidikan Barat. Namun demikian, setelah R.A Kartini menamatkan sekolah HIS (Holland Inlandse School), ia tidak lagi diberikan kesempatan untuk melanjutkan pada sekolah yang lebih tinggi, karena sejak umur 12 tahun ia menjadi gadis pingitan.
Ide kesetaraan gender awalnya muncul ketika beliau selama dalam pingitan, rajin membaca buku –karena memang buku adalah jendela dunia, gi tu loh…!. Karena rajin membaca buku itulah ahkirnya, ia melihat terjadi kepincangan terhadap kehidupan wanita di Indonesia dan wanita Eropa saat itu, khususnya di Jawa.
Melihat kepincangan dalam masyarakat serta perlakuan yang tidak adil itu, jiwa ‘membrontak’ muncul secara alami dalam diri Kartini. Dalam hatinya, hidup adalah kebebasan, mandiri, dan membebaskan wanita Indonesia dari ikatan adat istiadat yang sangat mengikat dan mengekang kreativitas. Hal ini, terlihat pada surat beliau yang dikirim kepada nona Zeehandelaer, 25 Mei 1989) yang berbunyi “….Dan adat kebiasaan negeri kami sungguh-sungguh bertentangan dengan kemauan zaman baru, zaman baru yang saya inginkan masuk ke dalam masyarakat kami…..”
Salah satu yang sangat diperjuangkan oleh RA Kartini adalah perbaikan kedudukan wanita yang tidak harus hanya ’mengabdi’ kepada suami saja, perempuan juga tidak hanya bertugas di dapur dan sumur saja akan tetapi harus memperoleh pendidkan (ilmu pengetahuan) sehingga ia juga dapat ‘bekerja’ sebagaimana apa yang dikerjakan oleh laki-laki.
Satu pesan sangat berharga dari RA Kartini adalah bahwa sesungguh hak memperoleh pendidikan (pengetahuan) melalui sekolah-sekolah baik yang dikelola oleh pemerintah Belanda maupun pribumi saat itu (awal abad ke-20), tidak kemudian ia harus disetarakan dengan laki-laki khususnya bidang-bidang pekerjaan yang akan ia geluti, akan tetapi ada yang lebih penting dari itu ialah bagaimana mendidik anak-anaknya yang kelak akan menjadi generasi penerus untuk memajukan dan mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Inilah harapan RA Kartini saat itu, dan saat ini pun seharusnya demikian. Maksud saya adalah tampak gejala bahwa saat ini, seorang wanita yang berpendidikan tinggi baik S1 maupun S2 masih merasa ‘tidak berguna’ ketika di masyarakat ia hanya sebagai tukang jaga anak alias baby sitter dan melayani suami. Ini adalah pandangan yang keliru.
Seorang wanita yang berpendidikan tinggi yang kebetulan belum mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan melalui bidang atau keahlian yang ia miliki, namun ia kemudian tinggl di rumah mendidik anaknya dengan baik dan penuh kasih sayang, serta selalu mengamati perkembangan potensi dan kreativitasnya. Begitu pula dukungan penuh terhadap aktivitas suami di kantor, sekolah atau dimana saja, maka menurut saya inipun adalah sebuah pekerjaan yang sangat mulia.
Mari kita beranalogi sebentar. Bahwa kenakalan remaja semakin menjadi, pergaulan dan seks bebas, narkoba, dekadensi moral dan seterusnya adalah pemandangan sehari-hari yang memenuhi halaman berbagai media. Pertanyaannya adalah, dimanakah peran sang ibu saat itu. Saya khawatir, karena ‘kesibukan’ –dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak akan pernah habis itu–orang tua lupa kewajiban utamanya, yaitu mendidik anak agar menjadi manusia yang sesungguhnya atau dalam bahasa ilmiahnya “memanusiakan manusia”.
Begitu pula dengan berita korupsi yang menimpa bangsa ini, yang dilakukan oleh mereka mulai yang berpendidikan sampai yang tidak ngerti sekolah, dan dari pejabat sampai masyarakat awam. Pertanyaan selanjutnya adalah dimanakah peran istri saat itu? Jangan-jangan para suami yang melakukan korupsi itu disebabkan karena adanya motivasi dan dorongan dari istri? Wallahu a’lam…!
Dua pertanyaan di atas cukup untuk membuat kita merenung sejenak, menatap bangsa ini, lalu berkesimpulan bahwa sesungguhnya peran ibu sangatlah penting dalam mengangkat derajat dan martabat bangsa ini yang semakin lama semakin terpuruk hampir dalam segala bidang kehidupan.
Oleh karena itu, sangat beralasan Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita dengan santun bahwa begitu kedudukan wanita sangat menentukan bangsa ini, seperti bunyi sebuah hadistnya yang sangat populer “wanita adalah tiang negara” subehanallah, sungguh sangat mulia kedudukan wanita, namun sudahkah kita menghayati dan mengamalkannya?.
Penulis adalah Staf Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Selatan (dulu BPG) dan anggota KP EWA’MCo.
Sumber : elagustin.wordpress.com
Wednesday, March 26, 2008
Astronot Shannon Lucid Masuki Mir
Pelajaran sejarah yang kita terima hari ini adalah bergabungnya astronot Amerika Serikat, Shannon Lucid ke Mir. Stasiun angkasa luar milik Rusia resmi dimasuki Lucid pada 24 Maret 1996. Dia adalah astronot wanita pertama yang tinggal di stasiun angkasa luar.
Lucid adalah ahli biokimia. Dalam penelitiannya di Mir, dia berbagi pengetahuan dengan kosmonot Rusia, Yuri Onufriyenko dan Yuri Usachev. Tepat 26 September 1996, Lucid kembali ke bumi melintasi Atlantis. Total dia berada di angkasa selama 188 hari.
Kejadian menarik lainnya yang perlu kamu ketahui adalah 24 Maret 1999. Ketika itu North Atlantic Treaty Organization (NATO) mengebom Yugoslavia. Hal ini dilakukan karena militer Serbia melakukan pembantaian besar-besaran terhadap warga Bosnia keturunan muslim.
Peristiwa ini adalah masa kelam menjelang abad millennium karena ribuan umat manusia harus terbunuh. Pemimpin militer Serbia, Slobodan Milosevic pun dinyatakan sebagai penjahat perang.
Sejarah yang terjadi lagi di hari ini adalah bergabungnya penyanyi pop legendaries, Elvis Presley di kemiliteran. Dia tepat bergabung pada 24 Maret 1958. Meski sibuk mengikuti wajib militer, Elvis mampu menyelesaikan filmnya yang berjudul King Creole. Kini dengan beragam kejadian penting yang terjadi di hari ini, kamu pun bisa sekali-kali adu kepintaran dengan teman-temanmu. Bahkan bisa dijadikan bahan omongan dengan orang tua di rumah.
Monday, March 17, 2008
Mesjid Baiturrahman, Saksi Sejarah Aceh
Masjid Baiturrahman telah menjadi simbol Nangroe Aceh Darussalam. Menelusuri sejarah masjid yang berada di jantung kota Banda Aceh ini, ibarat melihat perjalanan bumi Serambi Mekah. Mulai masa kesultanan, penjajahan Belanda dan masa bersama Indonesia lengkap dengan pemberontakannya. Mulai Daerah Operasi Militer, perjanjian damai hingga tsunami. Rumah ibadah ini menyaksikan semuanya.
Kita simak laporan KBR68H yang disampaikan Vivi Zabkie saat mengujungi masjid itu beberapa waktu.
Mengikuti sejarah Aceh
Panas terik kota Banda Aceh serasa langsung enyah begitu kaki menginjak halaman masjid Baiturrahman. Udara dalam masjid berkubah lima ini sejuk. Lima pintu dan jendela yang lebar, kubah tinggi serta ruang dalam masjid yang luas membuat udara bergerak bebas. Januari lalu, rumah ibadah ini baru saja tuntas berbenah dari kerusakan akibat tsunami. Sisa-sisa bencana itu tak terlihat lagi.
Tapi sejarah mencatat, sekali lagi Baiturrahman melewati satu babak sejarah masyarakat Aceh. Masjid ini merupakan simbol Aceh. Perjalanan masjid ini juga merekam sejarah Aceh. Karena itu tak lengkap rasanya bila berkunjung ke Aceh, tanpa menengok masjid berkubah lima ini dan sedikit mengenal sejarahnya.
Masjid ini sudah berada di tengah kota Banda Aceh sejak zaman kesultanan. Ada dua versi hikayat pendiriannya. Ada yang menyebut Sultan Alauddin Johan Mahmud Syah membangun masjid ini pada abad ke 13. Namun versi lain menyatakan Baiturahman didirikan pada abad 17, pada masa kejayaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Tak ada yang bisa memastikan mana yang benar. Tapi nama Baiturahman, menurut catatan sejarah, diberikan oleh Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu masjid ini menjadi salah satu pusat pengembangan ajaran Islam wilayah kerajaan Aceh.
Perubahan fisik masjid menurut salah satu ketua koordinator masjid Baiturrahman Sanusi Hanafi, mengikuti sejarah bumi serambi mekah. Bangunan sekarang bukan lagi bangunan zaman kesultanan. Pada masa kesultanan, gaya arsitektur Baiturahman mirip masjid-masjid tua di Pulau Jawa. Bangunan kayu dengan atap segi empat dan bertingkat.
Sanudi Hanafi: "Kubahnya satu. Pada 1873, ini dibakar oleh Belanda. Mengapa dibakar, karena masjid dijadikan pusat kekuatan tentara Aceh melawan Belanda. Dan pada tahun 1873 itu terjadi pertempuran besar antara tentara Aceh dengan tentara Belanda. Terjadi tembak menembak. Sehingga demikian gugurlah perwira tinggi Belanda bernama Kohler"
Pertempuran di masjid ini dikenang lewat pembangunan prasasti Kohler pada halaman masjid. Letak prasasti di bawah pohon Geulempang, yang tumbuh di dekat salah satu gerbang masjid.
Sanudi Hanafi: "Dibakar ini tambah marahlah rakyat Aceh dan tentara Aceh. Kemudian menuntut dibikin baru. Maka dibikin barulah empat tahun kemudian, mesjid yang baru satu kubah, kemudian konstruksinya dari beton"
Dirancang arsitek Belanda
Peletakan batu pertama pembangunan kembali masjid dilakukan tahun 1879 oleh Tengku Malikul Adil, disaksikan oleh Gubernur Militer Hindia Belanda di Aceh saat itu, G. J. van der Heijden. Pembangunan mesjid ini dirancang arsitek Belanda keturunan Italia, De Brun. Bahan bangunan masjid sebagian didatangkan dari Penang - Malaysia, batu marmer dari Negeri Belanda, batu pualam untuk tangga dan lantai dari Cina, besi untuk jendela dari Belgia, kayu dari Birma dan tiang-tiang mesjid dari Surabaya.
Pembangunan kembali masjid dengan satu kubah, selesai dua tahun kemudian. Pada masa residen Y. Jongejans berkuasa di Aceh masjid ini kembali diperluas.
Sanudi Hanafi: "Kemudian setelah itu, masyarakat Aceh semakin besar, untuk mengupahi dan meredakan kemarahan rakyat Aceh maka masjid diperluas lagi kiri kanannya pada tiga tahun kemudian. Ditambahlah dua kubah lagi di atasnya sehingga menjadi tiga kubah"
Belanda kemudian meninggalkan Aceh. Bumi Nangroe beralih pada Indonesia.
Berubah lagi
Pada 1957, masa pemerintahan Soekarno, masjid ini kembali berubah. Dua kubah baru dibuat di bagian belakang. Dibangun pula dua menara dengan jumlah tiang mencapai 280 buah. Karena perluasan ini, menurut koordinator pengurus masjid Sanusi Hanafi, sejumlah toko di pasar Aceh yang berada di sekeliling mesjid tergusur.
Kembali koordinator pengurus masjid Baiturrahman Sanusi Hanafi. : "Diletakkanlah batu pertamanya oleh menteri agama KH Ilyas, kemudian dibangun kira-kira empat tahun. Bangunan berikutnya itu sudah sampai pada menara yang berikut ini. Tapi kerjasamanya dengan pemerintah Aceh. Waktu itu Gubernurnya Ali Hasymi. Kemudian pada tahun 80, bagian dalam masjid, 80-82, dalam rangka MTQ nasional di perbaiki, direnovasi bagian dalamnya diberi ornamen-ornamennya. Dan di depan itu diberi plaza "
Renovasi masjid yang dilakukan pemerintah Soekarno terjadi pada masa gerakan Darul Islam pimpinan Daud Beureueh. Sehingga banyak kalangan yang mengaitkan pembangunan itu sebagai usaha pemerintah meredam pemberontakan itu. Lima kubah juga dianggap mewakili Pancasila yang digagas Soekarno.
Pada kurun 1992-1995, masjid kembali dipugar dan diperluas hingga memiliki tujuh buah kubah dan lima menara. Setelah dipugar, masjid itu mampu menampung 10.000 hingga 13.000 jemaah. Halaman masjid juga diperluas hingga menjadi 3,3 hektar.
Mempertahankan arsitektur asli
Semua pemugaran ini, menurut pengurus masjid Sofyan Hasyim dilakukan dengan mempertahankan arsitektur dan bentuk ornamen lama pada masa Belanda. Salah satu tiang peninggalan Belanda, ketika masjid masih berkubah satu, masih dipertahankan. Arsitektur masjid ini bercorak eklektik, yaitu gabungan berbagai unsur dan model terbaik dari berbagai negeri.
Ini misalnya tampak pada tiga pintu bukaan serta jendela yang bisa berfungsi sebagai pintu masuk. Jendela ini dibentuk oleh empat tiang langsing silindris model arsitektur Moorish, yang banyak terdapat di masjid-masjid Afrika Utara dan Spanyol. Sementara bagian tengah ruang shalat berbentuk bujur sangkar, diatapi kubah utama yang bercorak bawang. Pucuknya dihiasi kubah, mirip masjid-masjid kuno di India.
Pada jendela yang sekaligus menjadi pintu terdapat ukiran yang tampak kokoh dan indah. Untuk menambah kemegahan dan keindahan, masjid ini ditempatkan di tengah lapangan terbuka, sehingga semua bagian masjid jelas terlihat juga dari kejauhan.
Saksi bencana tsunami
Masjid Baiturrahman menjadi saksi darurat militer di Aceh, ketika muncul Gerakan Aceh Merdeka. Masjid ini menjadi tempat warga Aceh mengadu kepada Tuhan atas tanggungan beban konflik. Rumah ibadah ini juga menjadi sarana singgah pejabat pusat mengunjugi Aceh yang ketika itu tak aman.
Baiturrahman yang konon merupakan salah satu masjid terindah Asia Tenggara ini juga menjadi saksi bisu bencana tsunami. Bencana memilukan itu juga merusak sejumlah bagian masjid. Sebuah video tentang kedahsyatan tsunami menunjukkan ratusan orang naik ke masjid Baiturrahman. Mereka menyelamatkan diri sembari meneriakkan nama Tuhan. Allahuakbar, Allahuakbar.
Banyak warga Aceh selamat dari bencana berkat masjid ini. Ketua koordinator III Masjid Baiturrahman Sanusi Hanafi : "Mereka tidak tahu lari ke mana, mereka larilah ke mesjid. Sehingga penuhlah masjid. Mereka yang lari ke mesjid alhamdulillah selamat. Kecuali yang tidak sampai. Ada yang di jalan, ada yang di pasar itu banyak yang jadi mayat. Masjid ini selama tiga empat hari penuh dengan orang-orang yang mencari keselamatan. Termasuk di tempat kita ini, dulu ini pakai karpet, karpetnya penuh dengan darah, kotor. Orang masuk ke masjid dengan ketakutan dan tak tahu lagi membasuh kaki, tidur di sini"
Sedikit retak
Pada halaman masjid inilah berdiri posko bencana pertama pasca tsunami Desember 2004 tersebut. Masjid ini tangguh bertahan dari gempa dan terjangan air laut yang naik ke daratan. Hanya sedikit bangunan yang retak akibat gempa.
Sanudi Hanafi: "Kemudian masjid secara struktural tidak mengalami kerusakan, tetapi kalau diteliti lebih lanjut, akibat gempa, bukan akibat tsunami itu terjadi keretakan-keretakan pada dak, sehingga kalau hujan besar terjadi kebocoran"
Kerusakan juga terjadi di ruang perpustakaan. Ribuan buku koleksi perpustakaan hampir sebagian besar hanyut atau terendam lumpur. Beberapa buku yang hanyut ke halaman belakang masjid, sempat diselamatkan. Gempa juga mengakibatkan pondasi mesjid turun pada beberapa tempat. Namun tidak begitu terlihat.
Kerusakan parah hanya terjadi pada menara di halaman masjid, yang dikenal dengan sebutan tugu modal. Tugu modal merupakan sebuah monument yang menunjukkan Aceh pernah dinyatakan sebagai daerah modal dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Saksi perdamaian
Pasca tsunami perdamaian datang. Masjid ini kembali menjadi bagian sejarah itu. Di masjid inilah warga menggelar doa khusus ketika delegasi Indonesia bertemu dengan wakil Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki, Finlandia.
Masjid ini pula yang menjadi saksi ketika pasca perjanjian damai, Aceh menggelar pemilihan kepala daerah secara langsung. Uji membaca Al Quran bagi para calon Gubernur digelar di masjid ini.
Pasca tsunami, kerusakan-kerusakan Masjid Baiturrahman diperbaiki. Sebagian dilakukan lewat sumbangan masyarakat tak lama setelah bencana. Perbaikan besar-besaran dilakukan lewat sumbangan lembaga donor, di antaranya Saudi Charity Campaign. Pengurus The Saudi Charity Campaign, Imo Wibowo.
Imo Wibowo: "Membuat fasilitas umum seperti tempat wudhu di sisi utara, bangunan barum penataan lansekap di sekitar bangunan, kolam, dan kolam itu juga sebagai monumen"
Semua itu menghabiskan dana Rp. 20 milyar. Pada 15 Januari lalu proses perbaikan dinyatakan resmi selesai. Kini masjid Baiturahman seolah habis bersolek, tampil cantik menawan.
Masjid Baiturrahman menyaksikan perubahan Aceh pasca tsunami dan perjanjian damai. Ketika syariah Islam berlaku di Serambi Mekah, kawasan masjid Baiturahman dinyatakan sebagai area terbatas. Hanya pengunjung yang menutup aurat sesuai hukum syariah boleh masuk halaman masjid. Namun dengan daya tarik dan keindahannya, pengunjung biasanya rela mematuhinya asal bisa melihat magnet Aceh ini dari dekat
