Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "
Imam Ghazali = "Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekatdengan kita ialah MATI.
Sebab itu janji Allah bahawa setiap yangbernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "
Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benaradalah MASA LALU.
Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kitatidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harusmenjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang denganperbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".
Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung "
Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "
Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalahHAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179).
Maka kita harus hati-hati dengan nafsukita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."
IMAM GHAZALI" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja "
Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "
Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANGAMANAH (Surah Al-Azab : 72 ).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, danmalaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadikhalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnyaberebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusiamasuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."
Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringansekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kitaatau urusan dunia, kita tinggalkan solat "
Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia iniadalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnyamenyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "
Sumber :http://www.ukhuwah.or.id
Wednesday, June 11, 2008
Hal yang Paling ..... di Dunia
Friday, May 23, 2008
Lomba Karya Tulis Ilmiah
Dalam Rangka MILAD ke-1 rezaervani dot com
12 Mei 2008
www.rezaervani. com
bekerjasama dengan
Rumah Ilmu Indonesia Publishing
Menyelenggarakan
LOMBA KARYA TULIS UNTUK GURU DAN TENAGA PENDIDIK
Tema :
"Aku, Seorang Guru …"
Memperebutkan :
Trophy Bergilir
Rumah Ilmu Indonesia
Penghargaan
Juara Pertama : Rp. 750.000,-
Juara Kedua : Rp. 500.000,-
Juara Ketiga : 250.000,-
Tulisan-tulisan Terpilih akan diterbitkan dalam Satu Buku Bunga Rampai
Guru dan Pendidikan oleh Rumah Ilmu Indonesia Publishing
Syarat & Ketentuan Tulisan :
1. Minimal 2 halaman A4 (spasi 1,5) huruf Times New Roman 12,
maksimal tidak terbatas
2. Tulisan Bertema Guru dan Pendidikan
3. Menyertakan Kartu Tanda Pengajar, atau surat keterangan dari
sekolah
4. Tulisan yang masuk menjadi hak Rumah Ilmu Publishing dan tidak
dikembalikan kepada penulis
5. Naskah diketik rapih dikirim dalam bentuk print out ke :
Rumah Ilmu Indonesia
Jln. Ir. H. Djuanda Gg. Abah Iri no. 278 C Dago Bandung 40135
Atau dalam bentuk File Soft Copy ke alamat tersebut atau ke alamat email
:
lombamenulis[ at]rezaervani. com
6. Naskah diterima selambat-lambatnya 20 Juli 2008
7. Pengumuman Pemenang disampaikan di mailing list
http://groups. yahoo.com/ group/rezaervani ; website www.rezaervani. com;
siaran radio Rumah Ilmu Indonesia dan Buletin FORRISTIC
8. dan Penyerahan Penghargaan akan dilakukan pada tanggal 17 Agustus
2008 dalam Acara Forum Ilmu Rumah Ilmu Indonesia Bandung.
Info & Keterangan Lebih Lanjut :
Uni Intan
0813 212 90770
SMS Centre : 0817 433 344 (SMS Only)
Atau ikuti pula dalam program
BINCANG GURU DAN PENDIDIKAN BERSAMA RUMAH ILMU INDONESIA
SETIAP AHAD, 19.30 s.d. 20.30
Di MQ 102,7 FM Bandung
Tuesday, April 22, 2008
MENJADI GURU YANG PROFESIONAL DAN EFEKTIF
Pada era otonomi pendidikan, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang amat besar bagi penentuan kualitas guru yang diperlukan di daerahnya masing-masing. Oleh karena itu di masa yang akan datang, daerah benar-benar harus memiliki pola rekrutmen dan pola pembinaan karier guru agar tercipta profesionalisme pendidikan di daerah.
Dengan pola rekrutmen dan pembinaan karier guru yang baik, akan tercipta guru yang profesional dan efektif. Untuk kepentingan sekolah, memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan bagi proses belajar-mengajar di sekolah itu. Bahkan, John Goodlad, seorang tokoh pendidikan Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran.
Penelitian itu kemudian dipublikasikan dengan titel: Behind the Classroom Doors, yang di dalamnya dijelaskan bahwa ketika para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru. Hal ini sangat masuk akal, karena ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan apa saja di kelas. Ia dapat tampil sebagai sosok yang menarik sehingga mampu menebarkan virus nAch (needs for achievement) atau motivasi berprestasi, jika kita meminjam terminologi dari teorinya McCleland. Di dalam kelas itu seorang guru juga dapat tampil sebagai sosok yang mampu membuat siswa berpikir divergent dengan memberikan berbagai pertanyaan yang jawabnya tidak sekedar terkait dengan fakta, ya-tidak. Seorang guru di kelas dapat merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban secara kreatif, imajinatif – hipotetik, dan sintetik (thought provoking questions). Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang begitu besar itu, bagi seorang guru juga tidak menutup kemungkinan untuk tampil sebagai sosok yang membosankan, instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa di kelas. Bahkan dia juga bisa berkembang ke arah proses pembelajaran yang secara tidak sadar mematikan kreativitas, menumpulkan daya nalar, mengabaikan aspek afektif, dan dengan demikian dapat dimasukkan ke dalam kategori banking concept of education-nya Paulo Friere, atau learning to have-nya Eric From. Pendek kata, untuk melindungi kepentingan siswa, dan juga untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di daerah dalam jangka panjang di masa depan, guru memang harus profesional dan efektif di kelasnya masing-masing ketika ia harus melakukan proses belajar-mengajar.
Dalam konteks otonomi pendidikan, hasil penelitian John Goodlad tersebut memiliki implikasi bahwa pemerintah daerah perlu menciptakan sebuah sistem rekrutmen dan pembinaan karier guru agar para guru benar-benar memiliki profesionalisme dan efektivitas yang tinggi supaya ketika ia memasuki ruang kelas mampu menegakkan standar kualitas yang ideal bagi proses pembelajaran. Suatu pekerjaan dikatakan professional jika pekerjaan itu memiliki kriteria tertentu. Jika kita mengikuti pendapat Houle, ciri-ciri suatu pekerjaan yang profesional meliputi:
1) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat
2) harus berdasarkan atas kompetensi individual (bukan atas dasar KKN-pen.)
3) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi
4) ada kerjasama dan kompetisi yang sehat antar sejawat
5) adanya kesadaran professional yang tinggi
6) memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik)
7) memiliki sistem sanksi profesi
8) adanya militansi individual; dan
9) memiliki organisasi profesi.
Dari ciri-ciri ini Kantor Dinas Pendidikan di daerah dapat menterjemahkan ke dalam sistem rekrutmen dan pembinaan karier guru agar profesi-onalisme guru dapat selalu ditingkatkan di daerahnya masing-masing. Tanpa berbuat seperti itu kualitas guru akan selalu ketinggalan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, agar guru tetap profesional perlu ada sistem pembinaan karier yang baik, tersistem, dan berkelanjutan.
Guru yang profesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif. Kemudian, bagaimana ciri-ciri guru yang efektif ? Menurut Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas, paling tidak ada empat kelompok besar ciri-ciri guru yang efektif. Keempat kelompok itu terdiri dari:
Pertama, memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi
1) memiliki keterampilan interperso-nal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati,penghargaan kepada siswa, dan ketulusan;
2) memiliki hubungan baik dengan siswa;
3) mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan siswa secara tulus
4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar
5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa
6) mampu melibatkan siswa dalam meng-organisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran
7) mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi
8) mampu meminimal-kan friksi-friksi di kelas jika ada.
Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi:
1) memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran
2) mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa.
Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari:
1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa
2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar
3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan
4) Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan.
Keempat, memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari:
1) mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif
2) mampu mem-perluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran
3) mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembang-kan metode pengajaran yang relevan.
Demikianlah pemaparan yang saya tuliskan mengenai profesionalisme dalam islam yang saya kutip dari berbagai sumber. Oleh karena itu, saya menghimbau kepada teman – teman satu profesi (berprofesi guru) marilah kita menciptakan profesionalisme yang kita ambil dari azas – azas islami yang diajarkan oleh rasulullah SAW.
PROFESIONALISME PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Kewajiban bekerja
Secara syar’i seorang mukmin dituntut untuk bekerja memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Seorang mukmin harus memiliki kekuatan, merasa cukup dengan yang halal serta menjaga dirinya dan keluarganya dari meminta-minta.
“Sungguh seseorang yang berangkat ke gunung, membawa tambangnya, lalu memikul seonggok kayu bakar diatas punggungnya, lalu dijualnya, yang dengannya Allah menjaga wajahnya, adalah jauh lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain, mereka memberi atau menolaknya”. HR Bukhari dari Jubeir.
Dan jika seseorang mempunyai tingkat kesejahteraan hidup yang sangat baik, sehingga merasa tidak perlu bekerja, maka hendaknya dia bekerja untuk kepentingan masyarakat sekitarnya. Sesungguhnya dari masyarakat dia telah mendapatkan sesuatu maka semestinyalah dia memberikan sesuatu kepada masyarakat itu. Inilah nilai-nilai Islam dalam hal hubungan sosial antara individu-individu dengan masyarakatnya.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 2
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al Maidah:2)
Profesionalitas dalam islam
Nilai penting dalam bekerja adalah ihsan (baik) dan jihad (bersungguh-sungguh). Islam tidak hanya memerintahkan bekerja tetapi bekerja dengan sebaik-baiknya. Maka sepatutnya seorang muslim selalu ihsan dalam bekerjanya dan dilakukan dengan penuh kesungguhan, mengerahkan segala kemampuannya untuk hasil yang terbaik dan menjaga kualitas proses atau cara mencapainya. Dalam penggalan dialog yang termasyhur antara Rasulullah saw dengan Jibril ketika ditanya tentang ihsan
“… engkau beribadah seolah-olah engkau melihat Allah, dan jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihatmu”. Dan dalam sabda beliau yang lain “Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan suatu pekerjaan hendaknya dilakukannya secara itqon (profesional)”. HR Baihaqi dari Siti Aisyah ra.
Dalam dunia kerja, profesional yang ihsan dengan jiwa jihad mempunyai moto always deliver the best for his/her employer. Dalam pergaulan di masyarakatpun, profesional akan selalu aktif berkontribusi kepada masyarakat sekitarnya.
Landasan Akhlak Profesional
Seorang profesional berkeyakinan dalam bekerja dan berusaha adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ibadahnya. Agar suatu pekerjaan atau usaha mempunyai nilai ibadah, setelah berniat (ihsan dan jihad) maka landasan akhlak dalam melakukannya adalah suatu keharusan. Inilah yang disebut etika profesi yang bersifat universal, berlaku sepanjang jaman, dalam jenis pekerjaan atau usaha apapun, dalam masyarakat manapun, sehingga tidak hanya milik umat Islam saja tetapi milik seluruh umat manusia. Dalam Islam, etika profesi ini terkumpul dalam 5 akhlak pokok: Shiddiq, Istiqomah, Fathonah, Amanah dan Tablig. Kelima hal tersebut harus ada dalam diri seorang profesional dalam bentuknya yang paling sempurna.
1. Shiddiq (Honest) artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi keyakinan, ucapan dan perbuatan dengan nilai-nilai kebenaran. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan dan tindakan. Dalam dunia kerja dan usaha, kejujuran akan tampil dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan (mujahadah dan itqon) berupa ketepatan waktu, janji, pelayanan, laporan, mengakui kelemahan diri sendiri untuk diperbaiki serta tidak berbohong dan menipu.
2. Istiqomah (Consistency) artinya konsisten dalam nilai-nilai kebaikan meskipun menghadapi godaan dan tantangan. Istiqomah dalam dunia kerja akan tampil dalam bentuk kesabaran, keteguhan dan keuletan sehingga menghasilkan suatu karyayang optimal. Profesional yang istoqomah akan mendapatkan ketenangan dalam bekerja dan berkarya sehingga lebih mudah mendapatkan solusi dari persoalan yang dihadapi.
3. Fathonah (Competency) artinya mengerti, memahami dan menghayati segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Profesional dengan etika fathonah memiliki kreativitas yang tinggi dan mampu menelurkan inovasi. Kreativitas dan inovasi tersebut adalah buah manakala profesional tersebut selalu berusaha menambah pengetahuan dalam berbagai bidang, tidak terbatas dalam bidang kerja/usahanya saja tetapi dalam lingkup yang lebih luas.
4. Amanah (Accountability) artinya bertanggungjawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban yang diemban. Seorang profesional yang amanah akan berprinsip bahwa setiap jabatan yang diembannya dan setiap assignment yang diberikan kepadanya nantinya akan dipertanggungjawabkan tidak hanya kepada atasan atau pemegang saham perusahaan tetapi juga kepada Allah SWT kelak.
5. Tablig (Teach by Role Model) artinya memberi panutan sekaligus mengajak lingkungan kerjanya (peer group dan subordinate) dalam melaksanakan tugas selalu mempraktekkan nilai-nilai kebenaran. Profesional yang bertablig dengan cara memberikan contoh yang baik ini akan membentuk suatu tim yang solid dibawah koordinasinya. A tim building process will only be successful if the leader act as the best role model.
Nabi Muhammad sebagai teladan umat di Dunia khususnya Islam, telah mempunyai kelima sifat di atas. Tetapi mengapa kita yang mengaku sebagai umat beliau tidak mengambil pelajaran dari nabi Muhammad SAW
Demikianlah syari’ah islam mengatur manusia tentang betapa pentingnya profesionalisme dalam menjalankan aktifitas maupun mendalami suatu profesi. Apabila Islam tidak mengatur hal yang demikian, bukan tidak mungkin akan terjadi sebuah kebodohan dan ketidak disiplinan dalam kehidupan umat manusia.
Dengan demikian tidak ada alasan lagi bagi para pendidik muslim untuk tidak mengetahui bagaimana sebenarnya islam mengatur profesionalisme. Diatas telah dijelaskan secara detail bahwa islam sangat berperan sekali dalam pendisiplinan manusia. Terbukti dengan kelima sifat yang dimiliki oleh Rasul tersebut di atas diadopsi sebagai tolak ukur profesionalisme dalam kehidupan islam.
Profesionalisme Pendidikan
Bagaimana mungkin pendidikan bisa dilaksanakan tanpa ilmu: korupsi saja membutuhkan ilmu! Tapi begitulah adanya, ilmu pendidikan tersingkirkan menjadi ilmu yang mati suri. Ini sebuah kenyataan. Di mana-mana diterapkan pendidikan tanpa ilmu pendidikan.
Ambillah misalnya, ketika presiden menunjuk seseorang dari lapisan elit, tanpa pengalaman pendidikan, tanpa dasar ilmu pendidikan, tanpa “technical know-how”, bahkan tanpa kepedulian yang terfokus pada pendidikan, menjadi birokrat tertinggi dalam merumuskan kebijakan dan mengelola pendidikan secara nasional.
Pemerintah menugaskan mereka (sejumlah menteri pendidikan) dengan latar belakang, pengalaman, serta kepedulian dan afiliasi profesi yang sangat bervariasi (umumnya bersifat non-pendidikan) sebagai perumus kebijakan tertinggi di Depertemen Pendidikan Nasional. Diantara mereka ada yang datang sebagai jenderal berbintang, ada insinyur mesin, ada sejarawan ABRI, ada dari bidang keuangan, ada ekonom, ada sarjana hukum, ada dokter anak, ada dari partai politik, dan banyak lagi dengan latar belakang yang lain. Kecuali Ki Hajar Dewantara, tidak seorang pun dari mereka berasal dari bidang pendidikan. Ternyata, hanya dengan kesepakatan politis, atas nama ’profesionalisme’, praktis setiap orang bisa menjadi menteri pendidikan.
Ambillah lagi realitas lain, ketika kini sudah terdapat 440 pemerintah di tingkat kabupaten dan kota mengelola pendidikan daerah masing-masing, maka pejabat pendidikan yang paling bertanggung jawab di daerah itu adalah Kepala Dinas Pendidikan. Atau, pejabat tingkat lain yang senada dengan itu. Posisi Kepala Dinas tersebut sangat menentukan di dalam menghidupkan program desentralisasi pendidikan, sebuah proses demokratisasi yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat.
Tetapi tanpa mengurangi penghormatan kepada mereka, apakah yang dapat diharapkan dari seorang Kepala Dinas Pendidikan dengan latar belakang bukan pendidikan. Seperti misalnya, Kepala Dinas berasal dari Dinas Purbakala, Kehewanan, Retribusi Pasar, atau Pemakaman? Ketika pendidikan berbicara tentang kehidupan, apa kata mereka yang datang dari Dinas Pemakaman tentang persaingan di masa depan? Apa konsep pejabat yang datang dari Dinas Kehewanan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi? Kenyataannya dengan latar belakang non pendidikan, mereka menduduki posisi sebagai pejabat pendidikan yang merumuskan dan menerapkan kebijakan pendidikan tanpa ilmu pendidikan, yang pasti akan berdampak pada kehidupan pendidikan di daerah.
Pendidikan tanpa Ilmu Pendidikan (Pentip) Merajalela. Bermacam-macam respon didapat apabila kita menanyai orang-orang awam atau setengah awam mengapa pentip dapat berkembang dan bertahan di tanah air. Di Indonesia, konstitusi mengamanahkan bahwa tugas pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bergantung dari sudut mana orang melihatnya, jawaban mereka dapat dirangkum dalam salah satu atau dalam gabungan kategori berikut.
Pertama, penanganan problematik kependidikan bukanlah wilayah kekuasaan para pendidik saja, tetapi wilayah semua orang, tidak bergantung pada pengalamannya mengenai, pengetahuannya tentang, serta dedikasinya terhadap pendidikan. Karena itu tidak perlu dipermasalahkan ketika sebuah daerah kekurangan guru, lalu diangkat guru Kontrak, Guru (pem) Bantu, atau anggota ABRI yang dilatih untuk berperang tetapi ditugaskan untuk mengajar, yang pada dasarnya adalah popularitas sejenis guru pendidikan tanpa ilmu pendidikan (pentip).
Kedua, problematika tidak selalu memerlukan seorang pendidik profesional. Lagi pula, apa sih yang di sebut pendidik profesional. Dalam banyak hal di bidang pendidikan, seorang non-pendidik akan lebih sesuai untuk dipercayakan menanganinya. Biarlah guru-guru profesional menjalankan tugas mereka, tetapi berikan pula kepercayaan kepada mereka yang dari sudut pendidikan hanya berkemampuan pentip untuk berkarya. Orang dewasa dengan kemampuan bernalar yang rata-rata saja, yang sehat rohani dan jasmani, pada umumnya dapat menghadapi peserta didik, walaupun hanya dengan pentip. Pendidikan profesional harus ikhlas hidup dengan koeksistensi damai dengan pendidik pentip.
Ketiga, pendidik dengan latar belakang ilmu pendidikan, seperti yang diperoleh dari Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK), umumnya adalah teoritisi yang tidak seberapa kompeten di dalam praktek kependidikan. Oleh karena itu penugasan mereka untuk mengelola pendidikan praktis mengandung resiko kegagalan yang tinggi. Waktu yang lama dan biaya tinggi yang digunakan untuk menghasilkan seorang guru dengan kompetensi ilmu dan metodologi keguruan, tidak sebanding dengan prestasi rata-rata mereka dilapangan. Lulusan LPTK bukan jaminan keberhasilan. Sebaliknya, pelatihan singkat dalam waktu 2-3 minggu, atau dalam 2-3 hari, atau dalam 2-3 jam, atau bahkan tanpa latihan, ternyata dapat menghasilkan tenaga pendidik dalam jumlah yang dibutuhkan.
Keempat, tidak tepat orang merisaukan adanya pentip. Apa yang diduga sebagai penyebab menurunnya pendidikan adalah faktor yang lain, bukan faktor pentip. Persoalan pendidikan tidak pernah bersumber dari tidak adanya ilmu pendidikan, tetapi justru karena terlalu banyak jenis ilmu, dan tidak ada diantaranya yang benar: atau karena ilmu itu terlalu kuno, atau karena ilmu itu terlalu jauh dari realitas. Karena itu, ilmu pendidikan yang ditawarkan sejauh ini tidak mempunyai relevansi terhadap persoalan yang hidup di lapangan. Daripada menerapkan ilmu yang tidak relevan itu, lebih baik menerepkan pentip. Apa yang dikhawatirkan sebagai ekses dari pentip ternyata tidak berdasar, dan hanya dibesar-besarkan.
Menghidupkan Profesionalisme Pendidikan Inti permasalahan yang kita hadapi sekarang yaitu mendidik tanpa satu perjuangan yang secara sadar diarahkan kepada peningkatan profesionalisme. Pentip bukan saja tidak profesional, tetapi anti profesional.
Istilah profesi dan profesionalisme saja sudah ditekuk, dipilin dan disalahkan sebegitu lama oleh masyarakat. Ingatkah ketika di Senayan, pada hari Guru yang lalu, pemerintah mencanangkan bahwa guru adalah sebuah profesi? bagaimana reaksi para guru dari berbagai penjuru angin hari dalam peringatan itu. Menyedihkan, kalau tidak memalukan. Jelas, ini menggambarkan belum ada komunikasi serasi antara guru dan pemerintah. Kalau ukuran profesionalisme adalah kenaikan tunjangan guru, maka itu adalah satu kesalahan fundamental di dalam cara berpikir siapapun.
Profesionalisme tidak ada kaitan langsung dengan kenaikan tunjangan.
Esensi permasalahan peningkatan profesionalisme pendidikan adalah masalah akuntabilitas pendidik. Jawabannya tidak pada pemerintah yang bersedia menaikkan gaji para guru. Tidak pada kesediaan pemerintah dan DPR untuk melahirkan sebuah Undang-Undang tentang guru. Tidak pada perumusan kode etik oleh PGRI. Tidak pada adanya penamaan ‘pendidik profesional’. Bahkan, tidak dengan keputusan pemerintah bahwa pendidikan adalah profesi dengan segala konsekuensinya. Kenaikan gaji itu baik, kode etik itu baik, penamaan pendidikan profesional itu baik. Tetapi sebaik bagaimanapun, itu semua adalah persoalan sekunder, tidak mencukupi untuk mewujudkan, menghidupkan, dan mengukuhkan akuntabilitas para pendidik.
Yang harus muncul di dalam pengukuhan akuntabilitas adalah kekuatan moral yang diwujudkan dan dihidupkan oleh para pendidik sendiri, tanpa sebutan profesional dan bukan dengan sebuah surat keputusan, serta bukan oleh siapapun diluar diri pendidik. Ini berarti para pendidik yang sejati harus berdiri diatas prinsip bahwa praksisi pendidikan mutlak memerlukan ilmu pendidikan [Ilmu Pendidikan yang bagaimana?]. Para pendidik harus memperjuangkan prinsip itu, prinsip bahwa tanpa ilmu pendidikan maka praksis pendidikan menjadi semu, menyesatkan, dan membahayakan bangsa. Itu saja masih belum cukup. Jangkauan pentip sudah terlalu jauh dan jelas bahwa kondisi ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut.
Di tanah air, sudah terlalu lama pendidikan dikelola dengan konsep non-pendidikan, seperti sebut saja hanya dengan logika pragmatis, logika bisnis, pertimbangan politik praktis, pendekatan otoriter, pengelolaan reaktif, trial and error, dan instan. Atas nama ‘pendidikan nasional’ kita mengorbankan hak pendidikan bangsa sesungguhnya. Hak kependidikan bukan saja berarti bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan gratis. Buat apa gratis kalau tidak bermutu !
Masanya sudah, para pendidik harus mempunyai keberanian berjuang demi menegakkan prinsip itu ke seluruh penjuru, ke setiap orang dalam setiap situasi. Kalau saja para pendidik dapat membuktikan dalam konsep dan praksis bahwa ilmu pendidikan adalah faktor pembeda yang harus diperjuangkan keberadaannya, karena faktor itu yang mampu membedakan antara pendidikan yang benar dan yang salah, antara yang baik dan yang buruk, antara yang semestinya dengan yang semu, antara yang mencerdaskan dengan yang membodohkan. Maka semakin kuat posisi pendidikan mutlak harus dibangun diatas ilmu pendidikan. Itulah perjuangan para pendidik dalam arti kata profesional yang sebenarnya!
Friday, April 18, 2008
Galaksi Baru Ditemukan
Teleskop angkasa “Spitzer” NASA telah menemukan sebuah galaksi muda yang memiliki 4 bintang tetap, tata surya ini terdapat di rasi Hydra. Galaksi baru yang mempunyai 4 bintang tetap ini bernomor seri HD98800, jarak galaksi ini ke bumi berjarak kurang lebih 150 tahun cahaya. Dibandingkan tata surya kita Bima sakti, galaksi ini relatif lebih muda, dan sudah eksis sekitar 10 juta tahun. Pengamatan terbaru ini membenarkan hasil yang didapat oleh astronom sebelumnya dari permukaan bumi.
Ke-4 bintang tetap ini dibagi 2 pasang. Setiap pasang masing-masing beredar dengan cara saling berputar mengitari, dan antar kedua bintang tetap juga saling berputar mengelilingi, bagaikan tarian bundar yang ditata dengan apik. Di sekitar sepasang bintang tetap di antaranya, berputar mengelilingi piring debu, sedang sepasang lainnya tampak kosong melompong.
Astronom umumnya berpendapat, bahwa materi pada piring debu di sekitar bintang tetap akan membentuk planet melalui benturan, karena itu, piring debu juga disebut “persemaian” planet. Instrumen pengamat infrared-nya teleskop “Spitzer” mendapati, bahwa piring debu lainnya yang rata dan berkesinambungan yang berhasil diamati di masa lalu tidak sama, piring debu ini nyata sekali mengandung celah. Fenomena menarik multi bintang tetap ini akan terus diselidiki oleh para ilmuwan NASA untuk bisa mengetahui apakah ada kemungkinan galaksi lain yang mempunyai bintang tetap sebanyak HD98800.
Sumber: Simpatizone
