HOME   CATAGORI  
Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

Thursday, March 20, 2008

Dialah Jalan Itu

Jika engkau tidak mempunyai ‘ilm dan hanya prasangka,
milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan. Itulah jalannya!

Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!

Jika engkau tidak mampu berdoa dengan khusyu’,
maka persembahkanlah doamu yang kering, munafik, dan tanpa keyakinan!

Karena Tuhan dalam rahmat-Nya
tetap menerima mata uang palsumu.

Jika engkau mempunyai seratus keraguan kepada Tuhan,
maka kurangilah jadi sembilan puluh sembilan saja. Itulah jalannya!

Wahai pejalan,

Walau kau telah seratus kali ingkar janji, datanglah, dan datanglah lagi!
Karena Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau mengangkasa, ataupun terpuruk dalam jurang,
ingatlah kepada-Ku, karena Aku-lah Jalan itu.”

—Jalaluddin Rumi—

Jalaluddin Rumi

Penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia



Ia berkata, "Siapa itu berada di pintu?"
Aku berkata, "Hamba sahaya Paduka."
Ia berkata, "Kenapa kau ke mari?"
Aku berkata, "Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti."
Ia berkata, "Berapa lama kau bisa bertahan?"
Aku berkata, "Sampai ada panggilan."
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, "Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan."
Aku berkata, "Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku."
Ia berkata, "Saksi tidak sah, matamu juling."
Aku berkata, "Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa."
Syair religius di atas adalah cuplikan dari salah satu puisi karya penyair sufi terbesar dari Persia, Jalaluddin Rumi. Kebesaran Rumi terletak pada kedalaman ilmu dan kemampuan mengungkapkan perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya itu, puisi-puisi Rumi juga dikenal mempunyai kedalaman makna. Dua hal itulah --kedalaman makna dan keindahan bahasa-- yang menyebabkan puisi-puisi Rumi sulit tertandingi oleh penyair sufi sebelum maupun sesudahnya.

œ

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya. Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah --sebuah tarekat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewa-dewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Pada zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu.

Bagi kelompok yang mengagul-agulkan akal, kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, cepat-cepat mereka ingkari dan tidak diakui.

Padahal, menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah.

Rumi mengatakan, "Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu'tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya."

Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. "Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?" tegas Rumi.

œ

PENGARUH TABRIZ. Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset.

Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).

Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru beruisa lima tahun.

Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.

Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da'i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi Tabriz.

Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing --yakni Syamsi Tabriz-- ikut bertanya, "Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?" Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari.

Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, "Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya."

Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna. Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya.

Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi.

Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Salad, untuk mencari Tabriz di Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya.

Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi.

Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba'iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

œ

WAFAT. Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, gara-gara mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, sakit keras. Meski menderita sakit keras, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo'akan, "Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan." Rumi sempat menyahut, "Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit."

Pada 5 Jumadil Akhir 672 H dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan. Begitulah kepergian seseorang yang dihormati ummatnya.

œ

Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.

Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;

"Kepada Nya, kita semua akan kembali"

Tuesday, March 04, 2008

Hudep Seumasa Nyoe

Thon 2000 payah plong u gunoeng
Rap 2005 tsunami teuka
Thon 2006 hana lee kiroeh
Bak 2007 mengantoe raja
Thon 2008 karue sabe keudroe droe
Pemimpin nanggroe tuwoe keujasa
Nyang keunoeng bude hana soe pakoe
Nyang gadoeh lakoe hanasoe kira

Di ulee balang ngen peutua sagoe
Kagadoeh laloe ngen kijang innova
Thon 2009 pileh lom waki dibalom janji angen syuruga
Yang janji moto meteume gari yang janji kupi meteume tuba
Seulamat atas peumimpin Nanggroe

Oleh Zulfah - Malikussaleh University


Sumber : samanui.wordpress.com

Thursday, February 07, 2008

Senandung Kesediahn Tragedi Pembantaian Imam Husain Di Karbala

Sukaynah berteriak
Zaenab di sampingnya
Masing – masing sibuk dengan
Musibah dan kesedihannya

Sukaynah terinagn akan pamannya
Lalu di berteriak:
Zaenab teringat saudaranya disembelih

Keadaan sukaynah dan zaenab
Membuat hatiku dan hatimu panas terbakar
Mereka duduk saling berhadap – hadapan
Alangkah sulitnya situasi yang mereka alami

Kepediahn bertemu dengan kepedihan
Air mata bertemu dengan air mata
Sukaynah menangis
Zainab berteriak keras
Sukaynah memanggil-manggil zaenab
Bertanya-tanya
Berapa banyak bintang – bintang kita yang kini tenggelam
Berapa banyak bintang – bintang kita yang tenggelam
Mereka seakan berada di antara bara bara api dan cucuran air mata
Kedua wanita suci itu bersedih
Masing – masing memikirkan nasib dirinya

Yang pertama menjelaskan keadaannya
Marilah kita dengarkan ucapannya
Dengan cucuran deras air matanya
Yang pertama, Zaenab menuturkan kesedihannya
Sambil berteriak, “Hatiku tersayat – sayat…
Tatkala saudaraku tersungkur jatuh.”
“aku melihatnya terkapar ditengah – tengah sebuah pembantaian
“hingga kini, air mataku terus mengalir deras
Setiap saat kuhapus air mataku
Seunguh deras air mataku yang seakan bercucuran darah
Sama derasnya dengan darah yang mengalir dari kepala saudaraku


Sumber : Syahadat Cinta

SMU ku

SMU ku
Kurelung semangat juang tukmu
Menerpa hadang kesegala bebanmu
Hilangkan penat dalam hatiku

SMU ku
Tiba saatkau hantarkan ku
Depan pintu, akhir perjuangan
Tuk raih segala Impian ku
Teguk hasil perjuanganmu

SMU ku
Aku tahu akan jasamu
Terus temurun tak hingga waktu
Menyiapkan segala bekal
Penuhi segala ilmu bagiku

SMU ku
Belum akhir aku di sisimu
Mengharap segala bantuanmu
Mengibah sendau ilmumu

SMU ku
Ku harapkan restumu
Capai segala citaku
Yang berguna tuk masa depanku

By : 24 Mei

Wahai Cinta

Wahai cinta, tolonglah aku
Hatiku ini
Edang rapuh
Karena kekasihku telah pergi
Meninggalkan aku
Lara – lara ….
Izinkan aku
Ikuti kemanapun engkau mau
Agar aku bisa lupakan
Dia yang ku cintai
Para pecinta …
Dengarkanlah
Hati ini
Mengapa harus terluka
Hati ku terluka dalam tergores cinta

Semuanya pun berubah
Menjai rasa benci didada
Patah hatiku kini
Menusuk hati yang terdalam
Tuk lupakan dia yang kucinta

By : 24 Mei

Yang Terindah

Pernah kurasakan
Suatu pesona yang kukhayalkan
Jadi kenyataanyang nan bermakna

Pernah kau berikan
Satu rasa yang masih melekat di sukma
Tertera, terukir dalam jiwa

Pernah juga kau daraku
Mendung dalam dunia asmara
Meraih arti cinta disaat remaja

Pernah juga yang terindah
Antara kau dan aku
Muncul kepermukaan cinta
Hingga saat ini takmungkin kulupakan
Terus tertata dalam kepala

Yang terindah
Juga berarti untuk kita
Hingga mungkin tak pernah bisa terwujud
Yang telah menjadi kenangan cinta
Antara kita

By : 24 Mei

Sedih

Wahai air mata tolonglah aku
Hatiku kini sedang rapuhtersedih
Karena kekasihku telah pergi
Meninggalkan aku sendiri

Tangis – tangis … temani aku pergi
Kemanapun yang kau mau
Agar ku busa lupakan
Dia yang ku cintai

Sepi – sepi dengarkanlah
Hati ini mengapa harus terjadi
Kini…
Cintaku memintaku pergi
Binarlah hati terancap perih

Semuanya pun berubah
Patah hatiku kini
Menusuk cinta yang terdalam
Tuk lupakan dia yang tersayang

By : 24 Mei

Lihat Aku

Lihatlah Aku
Terseret aku tertati
Tersenggak aku bergaun
Demi harapan penuh tengadah tangan

Lihatlah aku
Sejuta pasang yanga lalang
Seribu pasang mata telanjang
Telah ku tebarkan lebah yang melayang
Tuk meminta sedikit makan

Lihatlah aku
Wahai manusia
Tetaplah aku
Makhluk berperasaan
Hanya sesuap yang kami butuhkan
Bukan setumpuk yang kau selundupkan

By: 24 Mei

Cinta

Yang Ku puja
Tak seperti dulu
Yang kurindu

Kala malam terbentang
Hanya wajah seseorang yang terkenang
Melayang, melesat semalaman dalam ingatan

Bulan bersinar benderang
Bertemankan sang bintang
Menambah kebimbangangan dalam ketenangan
Merayu bermadah cinta
Merintih berkata duka
Namun apakah daya
Suram yang ku terima

By : 24 Mei

Rasa Itu…. (16 Maret)

Kala rasa itu ada
Dikau selalu hadir didada
Ciptakan indahnya cinta
Hapuskan segala luka

Kala rasa itu pun terjaga
Dikau selalu dating
Merangkai indahnya mimpi
Dalam lelapku
Dalam keputus asaanku

Kala rasa itu pudar
Dikau sigap berikan ceria
Hingga kalut telah sirna sudah
Kala rasa itu ada
Kala rasa itu indah
Qu hanya bisa berkata
Dan berkata
Aq sayang kamu dinda
Kan ku jaga hari ini
Demi tuk menyintaimu
Selamanya

By : 24 Mei

Rasa Itu

Rasa itu telah lama padam
Kini mekar tersemai
Berongga di setiap sudut cinta
Di dalam hati yang penuh luka
Rasa itu telah lama punah
Kini kian hari tercipta indah
Pukaukan cahaya
Tuk bisakan ragu kedalam jiwa
Yang telah punah
Rasa itu
Pakah cinta !
Mungkinkah rasa itu
Kembalikan ku seperti dulu
Masa itu makin lama
Makin teras
Menusuk sukma
Menggoreskan luka lama
Saat ku benci tuk mencinta

By : 24 Mei

Lentera Kecilku

(Tukmu, Sobat)

Lentera kecilku
Makasih ku tuk kerdip nyalamu
Dalam gelap kelap setiap langkahku
Lentera kecilku
Makasih telah temani ku
Sepanjang gundah selimuti asaku
Seberat duka pernah menimpaku
Lentera kecilku
Kau terbitkan senyummu
Tuk hapuskan laraku
Kau sembahkan cahayamu
Tuk ciptakan nyala semangatku
Lentera kecilku
Meski tubuhmu
Menepisberatku
Kekang hampa tak kunjung waktu
Tapi kau, lentera kecilku
Kan tetap jadi nyala jiwaku

By : 24 Mei

Aku, Kini.....

(Maafkan Aku, Mama)

Kini …
Hanya hati bisa mengerti
Sepi sunyi mampu temani
Aku yang kehilangan arah tuk pergi
Dekahan hampa, ku pedomani
Ajakan lara, ku turuti
Tuk dapatkan warta dalam diri
Tuk bisa terus kokoh berdiri

Aku….
Yang kini
Kehilangan arah tuk pergi
Kehilangan jejak tuk mencari
Hati di selimuti, ragu diberi
Orang yang ku cintai, tiada lagi disisi

Aku …
Yang kini
Tinggalkan waktu tuk seniri
Mengerti hati yang perih
Menggenggam jiwa yang di benci

By : 24 Mei

Hati yang berlalu

Semua telah berlalu
Tersapa oleh sang waktu
Meninggalkan denyut cinta
Yang terpaku perih dengan luka
Memastikan sukma menangis tak berdaya

Semua telah berlalu
Dengan asa hamper putus
Dengan cinta telah terhapus

Semua telah berlalu
Meski pun masih ada rasa di benakku
Masih berharap cinta disisiku
Tapi hatiku telah hangus

Semua telah berlalu
Dengan hati yang bimbang
Dengan jiwa yang tak tenang
Ku kan coba lupakan dikau
Yang ku saying…

By : 24 Mei

2 Cinta

(Antara Ibu dan Kekasih)

Ku berjalan dalam 2 cinta
Yang tak mungkin kulalui
Ku berjalan di 2 hati
Yang tak sanggup ku lukai
Ingin ku berlari ….
Tapi ku tak mampu untuk hindari
Ku ingin berada di satu sisi
Namun ku takut sisi lain kan terluka
Ku bimbang di persimpangan 2 cinta ini

Mankah yang ku pilih
Mungkinkah ku lalui galau ini
Dengan luka
Tanpa rasa
Tanpa cinta

By : 24 Mei

Kisah

(Buat raka-raka ospek)

Kenangan ini
Kan selalu terbayang disana
Ospek, pengalaman indah yang pernah buatku gila
Kaulah laksana cara gila dalam hidupku

Kenangan ini,
Takkan hilang
Saat ospek tak disini lagi
Bukannya pisah yang kutangisi
Tapi kegilaanmu yang ku sesali

Sampai nanti ospek
Sampai saat kita jumpa
Sampai nanti saat kegilaan itu kan tiba

Ospek, kegilaan itu tak pernah kuharapkan
Namun kegilaan itu kan terukir indah
Disaatkan ada di sana

By : 24 Mei

Perasaan Itu

Perasaan itu, telah menerawang didada
Dinda, hanya kau yang pernah
Menggertarkan jiwa
Kaulah rasia terbesarku dalam hatiku

Perasaan itu, hilang
Saat kau ada disisiku
Bukannya benci
Tapi ku terlalu saying padamu

Sampai nanti dinda
Sampai saat….
Engkau berdua
Sampai nanti….
Saat hati ini tak ada cinta

Dinda, kau lah cinta pertama ku
Cinta ini tetap tersimpan indah
Disudut hatiku tuk selamanya

By : 24 MEI

Ucapan

Makasih….
Atas cinta yang kau ukir dihatiku
Atas rindu yang kau sampaikan pada sang bayu
Atas setia yang kau tancapkan dalam jantungku
Namun izinkanlah
Aku menjaga semua itu
Aku laksanakan semuanya tuk mu
Walau sebenarnya ku tak mampu
Tapi yang pasti semua ini hanya karena kau yang terindah bagiku

By 24 Mei

Kangen

Dihari ini, tepatnya selasa, lima februari
Tiada kata indah yang ku rangkai
Ataupun hal istimewa yang ku urai
Mungkin ini tak berarti apa – apa bagi mu
Tapi yang pasti …
Doa ku akan iringi setiap jejak langkahmu

Aq menyadari
Kita terpisah puluhan mil lebih
Berjumpa hanya sekali setahun
Bahkan kau tak bias temui aku sebulan lalu
Tapi entah kenapa aku masih percaya dengan mu
Tetap setia menunggumu
Dan tak bisa menggantikanmu dengan yang lain

Beberapa waktu lalu memang pernah
Ku mencoba tuk jauh dari mu
Tapi akhirnya kandas dalam waktu yang singkat
Hanya karena aku tak bisa membohongi hatiku
Aku masih mencintaimu

By 24 Mei

Custom Search